Create Moments : Diluar Jam Sekolah, Pameran Depresi

Sabtu, 24 September 2022, saya bersama teman kostan yang lain berkunjung ke pameran seni "Diluar Jam Sekolah". Pameran ini diadakan oleh CREATE (Creativity  Youth for Tolerance) yang bertempat di Atmosphere Studio and Cafe, Jl. Masale, kec. Panakkukang, Makassar.


Informasi Lokasi kegiatan kami dapat dari Shareloct teman yang sudah diluan berada disana. Dengan menangandalkan google maps dan ingatan yang samar-samar, kami berangkat ke Atmosphere Cafe mengendarai sepeda motor. Kami berangkat melalui Jl. A. P. Pettarani yang sudah tidak asing bagi kami. Sambil melihat google maps, saya mengarahkan teman yang membonceng saya untuk berputarbalik arah mengikuti rambu putar balik warna biru untuk masuk ke Jl. Abdullah Daeng Sirua atau kerap disapa Jl. Abdesir. kamipun berjalan lurus di Jl. Abdesir sampai menemukan patokan kami yaitu Apotek Platinum Farma sebagai pertanda lorong Atmosphere Studio. Lorong yang kami masuki semakin diyakinkan dengan adanya gapura Atmosphere Studio and Cafe serta spanduk kegiatan "Diluar Jam Sekolah". 

Sesampainya di depan Atmosphere Studio, kami diarahkan oleh petugas parkir untuk memarkir sepeda motor di dalam gudang las samping Atmosphere. Sayapun mendahului teman masuk ke Atmosphere untuk registrasi di meja yang bertuliskan ''registrasi'' di atasnya . Namun, saat saya melakukan registrasi online melalui scan QR ada yang membuat saya janggal yaitu pemilihan gender dengan nama nama yang aneh, seperti bisexual, transexual dan lain-lain. Saya rasa, kegiatan yang menargetkan anak sekolah ini sepatutnya tidak mengarahkan ke arah yang melenceng. Saya dan teman-temanpun duduk di depan panggung pembicara, yang dimana narasumbernya merupakan anak SMA. Dalam sesi curhat remaja SMA tersebut, dia mengatakan bahwa bapaknya tidak pernah menyempatkan quality time untuk dia karena sibuk bekerja. Dalam hati , saya berkata "anak apa ini, sok sok depresi padahal capek bapaknya kerja biar makan ii".

Setelah mendengarkan curhat anak depresi itu, saya pergi ke art instalation yang berada tidak jauh dari tempat registrasi, di pameran yang saya liat itu banyak karya yang dibuat sekakan-akan pembuatnya itu merupakan orang paling depresi di Indonesia timur. Setelah melihat pameran seni tadi, saya dan teman-teman DKV yang lain mencari tempat istirahat di dalam atmosphere sambil foto ala-ala. Suara radio masjidpun berbunyi sebagai alaram umum untuk kembali ke rumah masing-masing. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jembatan Kaca di Buntu Burake Toraja

10 Komika Indonesia Paling Sukses !

10 Youtuber Dengan Penghasilan Selangit